Feeds:
Posts
Comments

DI HOTEL PURI SARON SEMINYAK KUTA-BADUNG, 27 AGUSTUS 2010

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, yang pada hakekatnya merupakan upaya penyelenggaraan kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional.

Penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah penyakit tidak menular.  Penyakit menular tidak mengenal batas-batas daerah administratif, sehingga pemberantasan penyakit menular memerlukan kerjasama antar daerah, misalnya antar provinsi, kabupaten/kota bahkan antar negara.  Beberapa penyakit menular yang menjadi masalah utama di Indonesia adalah diare, malaria, demam berdarah dengue, influenza, tifus abdominalis, penyakit saluran pencernaan dan penyakit lainnya.

Untuk melakukan upaya pemberantasan penyakit menular, penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit dan keracunan, serta penanggulangan penyakit tidak menular diperlukan suatu sistem surveilans penyakit yang mampu memberikan dukungan upaya program dalam daerah kerja Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasional, dukungan kerjasama antar program dan sektor serta kerjasama antara Kabupaten/Kota, Provinsi, Nasional dan internasional.

Penyelenggaraan surveilans epidemiologi terhadap penyakit-penyakit tersebut diatas disusun dalam pedoman surveilans epidemiologi, khusus masing-masing penyakit dan pedoman surveilans epidemiologi secara rutin dan terpadu.  Untuk menyelenggarakan surveilans epidemiologi penyakit menular dan penyakit tidak menular secara rutin terpadu maka secara umum bertujuan untuk meningkatkan kinerja serta terjadinya jejaring surveilans integrasi dalam rangka penanggulangan penyakit potensial wabah di Provinsi Bali dan secara khusus bertujuan untuk review hasil kegiatan petugas Surveilans sera refreshing DSO dalam rangka peningkatan kapasitas dan kemampuan DSO. Peserta yang hadir dalam pertemuan tersebut diantaranya : Kepala seksi surveilans dan Kabupaten/Kota se-Bali, Narasumber adalah: (1) Subdit KLB, Ditjen PP&PL Kementerian Kesehatan RI, (2) WHO Indonesia, (3) Dinas Kesehatan Provinsi Bali.

Petugas  dalam manajemen surveilans penyakit berpotensi KLB/wabah adalah melakukan surveilans  dari pengumpulan data kesehatan, pengolahan & analisis, interpretasi serta desiminasi umpan balik dan intervensi. Maksud dan tujuan melakukan surveilans adalah (1) Mempelajari pola terjadinya penyakit yang sedang berlangsung, (2) potensi penyakit di dalam masyarakat, (3) Lebih jauh mempelajari riwayat alamiah penyakit, spektrum klinis, epidemiologi penyakit dan faktor risiko/pajanan, (4) Menyediakan data dasar sebagai perangkat dalam menilai langkah-langkah pencegahan dan pengendalian.

Tugas petugas surveilans Kabupaten adalah (1)  SKD-Deteksi Dini : AI, Potensi KLB/wabah (PD3I, diare, dll), (2) Verifikasi : Komunikasi verbal & elektronik, kunjungan lapangan – penyelidikan awal, (3) Penanggulangan awal, (4) Laporan, (5) Koordinasi

Kesimpulan hasil kegiatan review sebagai berikut : (1) Diterima baik sebagai suatu sistem surveilans, (2) Pertukaran informasi antara surveilans manusia & hewan melalui pendekatan inovatif yang dapat diterapkan pada penyakit zoonosis lain, (3) Dirancang untuk deteksi dini kasus suspek “FB”, (4) Bagaimana data digunakan; belum jelas, (5) Ada kebutuhan organisasi seperti : penyesuaian materi pelatihan, kelangsungan pembiayaan dan kemampuan kinerja petugas.

Kelangsungan dukungan kegiatan tahun 2011 : (1) Sedang diusulkan, (2) Tergantung pada kinerja petugas, (3) Anggaran/dana pendampingan daerah, masih tanda tanya berapa besarnya dana yang akan diperoleh dan kapan dana tersebut bisa dimanfaatkan.

PEMILIHAN TENAGA KESEHATAN TELADAN PROVINSI BALI TAHUN 2010

Keberhasilan pelayanan kesehatan melalui puskesmas memberikan kontribusi yang cukup besar didalam mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Berbagai masalah yang timbul dalam mewujudkan kondisi tersebut telah dicoba diatasi dengan diluncurkannya kebijakan dasar puskesmas yang merupakan bagian dari reformasi kesehatan (health reform).

Sesuai dengan health reform, fungsi puskesmas yang tadinya lebih berorientasi kepada upaya kuratif dan rehabilitatif, bergeser kepada upaya preventif dan promotif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Fungsi puskesmas juga makin kompleks yakni sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, serta pusat pelayanan kesehatan masyarakat strata pertama yaitu meliputi pelayanan kesehatan perorangan (private good) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

Pemilihan tenaga kesehatan teladan di puskesmas diharapkan dapat menjadi satu motivasi untuk meningkatkan minat tenaga kesehatan bekerja di puskesmas sehingga dapat menjadi pendorong terciptanya tenaga kesehatan yang mempunyai sikap nasionalis, etis dan profesional, memiliki semangat pengabdian yang tinggi, berdisiplin, kreatif, berilmu, terampil, berbudi luhur serta dapat memegang teguh etika profesi.

Pemilihan Tenaga Kesehatan Teladan merupakan agenda tahunan dari Departemen Kesehatan RI, dimana hal tersebut dilakukan untuk memberikan sebuah penghargaan atas kerja keras dari petugas kesehatan yang ada di Puskesmas atas segala upaya yang telah dilakukan dalam mendukung pencapaian pembagunan di bidang kesehatan.

Secara umum  pemilihan Nakes teladan ini bertujuan agar terlaksananya pemberian penghargaan Gubernur Bali dan Menteri Kesehatan kepada tenaga kesehatan teladan di puskesmas sebagai pengakuan atas keteladanan dalam pembangunan kesehatan di puskesmas yang dilaksanakan secara obyektif dan transparan

Sedangkan secara khusus dimaksudkan untuk memilih tenaga kesehatan teladan di puskesmas tingkat Propinsi yang memenuhi persyaratan administrasi dan bobot penilaian ; meningkatnya mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan strata pertama melalui puskesmas.; meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan di dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayah kerjanya.; meningkatkan minat tenaga kesehatan untuk bekerja di puskesmas dan mumbuhkan kompetisi yang sehat di antara tenaga kesehatan dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan strata pertama di puskesmas.

Sasaran pemilihan Nakes teladan adalah tenaga kesehatan Puskesmas meliputi : tenaga Medis yaitu Dokter atau Dokter Gigi; tenaga Keperawatan yaitu Perawat atau Bidan; tenaga Kesehatan Masyarakat yaitu Sanitarian, Epidemiolog Kesehatan, Entomolog Kesehatan, Penyuluh Kesehatan, Asisten Apoteker atau Analis Laboratorium dan tenaga Gizi yaitu Nutrisionis atau dietietik.

Jadwal Rencana Penilaian Lapangan Nakes Teladan Propinsi Bali tahun 2010 dilakukan mulai tgl 1 Juni 2010 (Karangasem/Pusk.Kubu II, Manggis I & Manggis II), 2 Juni (Gianyar/Pusk.Tegallang I & Blahbatu II), 2 Juni ( Jembrana/Pusk.Kaliakah, Gilimanuk, Pekutatan & Mendoyo ), 4 Juni (Badung/Pusk.Kuta I, Kuta II, Abiansemal I & mengwi III), 7 Juni (Bangli/Pusk.Tembuku I & Tembuku II), 8 Juni (Buleleng/Pusk.Buleleng III, Gerigak II, Sawan II,Tejekula I) , 9 Juni (Tabanan/Pusk. Baturiti I, Baturiti II dan Marga I), 10 Juni (Klungkung/Pusk. Klungkung I), 11 Juni (Denpasar/Pusk.I Denbar, Pusk.II Denbar, Pusk .I  Dentim dan Pusk.III Densel)

RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) 2010

Latar belakang pelaksanaan Riskesdas adalah bahwa Hasil Riskesdas 2007 telah dimanfaat dengan baik untuk perumusan kebijakan kesehatan baik ditingkat  pusat, provinsi dan kabupaten; Presiden RI akan menyajikan hasil pencapaian target MDGs pada KTT MDGs di New York bulan September 2010; Belum seluruh data yang dibutuhkan untuk mengukur kemajuan pencapaian MDGs kesehatan tersedia; Perlu disediakan informasi yang berbasis masyarakat untuk mengakseselerasi pencapaian target MDGs Kesehatan.

Bagaimanakah  status pencapaian target MDGs kesehatan Indonesia pada tahun 2010 di tingkat nasional dan provinsi ? dan  Bagaimanakah  perkembangan factor-faktor yang dapat mempengaruhi status pencapaian target MDGs kesehatan Indonesia di tingkat Nasional dan Provinsi ? Untuk menjawab pertanyaan ini maka dilaksanakanlah Riskesdas 2010 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.

Secara umum Riskesdas bertujuan untuk memperoleh gambaran pencapaian target MDGs kesehatan Indonesia pada tahun 2010 di tingkat nasional dan provinsi, serta secara khusus bertujuan untuk : (a) Menilai status pencapaian target MDGs kesehatan Indonesia pada tahun 2010 di tingkat nasional dan provinsi, (b) Memperoleh gambaran factor-faktor yang dapat mempengaruhi status pencapaian target MDGs kesehatan Indonesia di tingkat nasional dan provinsi.

Adapun tujuan dan indikator MDGs dalam Riskesdas 2010 adalah :(1) Menanggulangi kemiskinan dengan indikator Prevalensi Balita Kurang gizi, proporsi penduduk dg konsumsi makan<2100 kkal, (2) Mencapai Diknas untuk semua dengan indikator  tidak ada (oleh BPS), (3) Mendorong keselarasan Gender : tidak ada (oleh BPS), (4) Menurunkan kematian dengan indicator tidak ada (oleh BPS), (5) Meningkatkan kesehatan ibu dengan indikator proporsi pertolongan kelahiran oleh nakes dan angka pemakaian kontrasepsi, (6) Memerangi HIV/AIDs, Malaria dan Penyakit Menular lainnya dengan indicator penggunaan kondom, pengetahuan HIV, prevalensi malaria, cara pencegahan efektif malaria, cara pencegahan efektif malaria(tidur dengan kelambu), prevalensi TB.

Disain dan Lokasi Riskesdas : Potong lintang menggunakan kerangka sample Blok Sensus (BS) yaitu kumpulan rumah tangga (ruta) 80-130 ruta per BS; Populasi sample adalah rumah tangga di Indonesia, random 25 Ruta dari BS terpilih; Seluruh Provinsi tercakup (33 Provinsi).

Teknik Pemilihan Sampel & Prosedur Estimasi : Probability Sampling : two – stage sampling; Tahap 1. : Blok sensus dipilih dengan cara probability proportional to size (PPS) sampling, dg size banyaknya rumah tangga dalam blok sensus; Tahap 2: Di setiap blok sensus dipilih 25 rumah tangga secara systematic sampling.

Tatacara pengambilan sample Rumahtangga (Ruta) : (1) BPS melakukan pemilihan sample BS, (2) Petugas BPS melakukan listing rumah tangga (nama kepala ruta dan jumlah ART) pada BS terpilih, (3) Ketua tim puldata memilih 25 ruta secara sistematik random sesuai pedoman.

Lama hari kerja pengumpulan data : 1 Tim menyelesaikan 3 ruta per hari;1 tim menyelesaikan 3 BS,Jumlah harikerja=3 BSX25 ruta:3=25 hari.

Data dikumpulkan di tingkat: (1)Rumah tangga : Keterangan ART, pendidikan, pekerjaan, fasilitas pelayanan kesehatan, sanitasi lingkungan, pengeluaran RT, (2) Individu : Penyakit menular (malaria, TB), pengetahuan/sikap/perilaku (HIV, pencegahan TB, pencegahan malaria, penggunaan tembakau), Kes. Anak (Yankes, Immunisasi, ASI/MPASI), Kesehatan Ibu (Kes. Reproduksi), konsumsi makanan individu, (3) Pengukuran/pemeriksaan : BB/TB, darah (malaria) dan dahak (TB).

Data Riskesdas 2010 adalah : (1) Pemeriksaan darah di lapangan untuk diagnosis malaria (semua umur), dan pemeriksaan dahak di laboratorium Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM) (15 tahun ke atas), (2) Informasi yang dihasilkan menggambarkan nasional/provinsi (indicator MDGs), hanya tingkat nasional (diagnosis laboratorium).

Agenda Riskesdas 2010 : Pengumpulan data  dilaksanakan pada tanggal : 25 Mei s/d 25 Juni 2010 dilanjutkan dengan kegiatan penyusunan draf laporan awal, seminar, penyusunan laporan akhir dan desiminasi pada tanggal 28 Juli s/d 2 Agustus 2010.

Untuk mensukseskan pelaksanaan Riskesdas 2010 khususnya di Provinsi Bali diharapkan peran serta masyarakat dan semua pihak yang terkait  dijajaran kesehatan baik ditingkat kecamatan, kabupaten/kota  dan provinsi.

PENGABDIAN MASYARAKAT HKN KE 45 TAHUN 2009

Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke 45 tanggal 12 Nopember 2009 dengan tema “Lingkungan Sehat Rakyat Sehat”; telah dilaksanakan salah satu kegiatan  yaitu pengabdian langsung kepada masyarakat berupa pemeriksaan dan pengobatan cuma-cuma di  Dusun Munti Gunung, Dusun Tigaron  dan Dusun Muntig Kabupaten Karangasem. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 7 Nopember 2009 dengan sasaran 1.085 orang dengan rincian :  di Dusun Munti Gunung  695 pasien ( pasien THT 40 orang, kulit 70 orang, mata 120 orang , katarak 10 orang dan sisanya pasien umum 465 orang). Disamping itu juga dilaksanakan pemberian kaca mata gratis sebanyak 70 buah. Sedangkan di Dusun Tigaron  sasaran  berjumlah 237 orang pasien umum dan di Dusun Muntig sejumlah 153 pasien umum.

Camat Kubu Drs. I Wayan Sutapa, M.Si. menyambut baik  kegiatan pengabdian ini dan menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dinas Kesehatan Provinsi Bali, RSUP Sanglah, RS Indra, RS Jiwa dan AKBID Singaraja, Akbid Kartini, Poltekes Denpasar serta pihak yang terlibat lainnya.  Kegiatan ini sungguh dapat meringankan beban masyarakat guna meningkatkan kesehatannya, khususnya di Dusun Munti, Dusun Tigaron dan Dusun Muntig. Dikatakan bahwa Kecamatan Kubu terdiri dari 9 desa dan 61 dusun. Dusun Munti Gunung terdiri dari  1108 KK dan dusun Tigaron 780 KK.

Ketua panitia HKN ke 45  Provinsi Bali  dr I Ketut Suarjaya, MPPM mengatakan bahwa serangkaian kegiatan HKN tahun ini meliputi jalan sehat tanggal 6 Nopember 2009 dengan peserta jajaran kesehatan di Provinsi, seluruh mahasiswa kesehatan dan unsur terkait lainnya, lomba internal di jajaran Dinas Kesehatan, pengabdian masyarakat tanggal 6 Nopember , pemberian bingkisan kepada Panti  Jompo Tresna Werdha Wana Seraya dan Panti Asuhan Tathuan Asih Jalan Jaya Giri tanggal 10 Nopember 2009. Lomba penilaian tenaga kesehatan teladan  (tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan masyarakat dan tenaga gizi), lomba Toga, lomba dokter kecil.

Sedangkan  puncak acara direncanakan tanggal 12 Nopember 2009 berupa  apel bendera, di halaman Dinas Kesehatan Provinsi Bali dengan peserta upacara seluruh jajaran kesehatan kabupaten/kota dan provinsi, mahasiswa kesehatan, para pemenang lomba dan yang terkait lainnya. Acara ini akan dilanjutkan dengan pertemuan koordinasi di jajaran kesehatan dari tingkat puskesmas, kabupaten/kota dan Provinsi Bali.

sik

Penyajian informasi kesehatan di berbagai tingkat administrasi sangat diperlukan sehingga diadakan rapat koordinasi pengembangan system informasi manajemen puskesmas. Sementara itu, opersaionalisasi Sistem Informasi Kesehatan (SIK) dalam menyediakan data dan informasi di bidang kesehatan yang sesuai denagan kebutuhan, akurat, lengkap mutahir dan tepat waktu memerlukan tenaga pengelola data dan informasi yang terampil dan profesional.

 

Profesionalisme tanaga pengumpul, pengolah dan analisis data sangat diperlukan sehingga perlu diberikan pedoman (guideline) yang telah ditetepkan secara nasional sebagai penunjang.

 

Salah satu paket penyajian data/informasi kesehatan yang merupakan luaran utama dari pengolahan data dan informasi adalah profil kesehatan, selain itu penyajian data dan informasi dapat juga tersaji melalui media elektornik berbasis teknologi informasi dalam bentuk website, yang telah dapat diakses melalui :http://www.siknasonline.go.id.  Melalui media ini dapat dilakukan pengiriman data secara nasional, dimana media ini menyangkut laporan eksekutif, komunikasi data, dan Standar Pelayanan Minimal serta Pengisian data Dasar Puskesmas.

 

Untuk memperkuat sistem informasi manjemen pada tingkat puskesmas telah dikembangkan sistem informasi puskesmas (SIK) diseluruh kabupaten di Provinsi Bali, namun belum seluruh puskesmas menggunakan sistem tersebut yang disebabkan oleh beberapa kendala dilapangan.   Dengan kebutuhan data tingkat nasional dan provinsi maka diperlukan penguatan manajemen Sistem Informasi Puskesmas.

 

Dalam rangka penyamaan persepsi pengembangan sistem informasi manajeman puskesmas di tingkat kabupaten yaitu dalam melakukan pengumpulan, pengolahan, interpretasi dan analisis data serta pemanfaatan media online tersebut maka perlu dilakukan rapat koordinasi yang diharapkan dapat memberikan pemahaman yang sama  dalam pengembangan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas di tingkat  kabupaten.

Peserta pertemuan terdiri dari peserta Provinsi dan Kabupaten, beserta para nara sumber dari Pusat data Dan Informasi Departemen Kesehatan . Tempat pertemuan di Hotel Puri Dibia Kuta selama 3 (tiga) hari pada tanggal 28-30 Oktober 2009.

Hasil pertemuan tersebut adalah

  • Kebijakan desentralisasi mengharuskan daerah dapat merumuskan kebutuhan informasi sendiri
  • Dalam rangka perumusan ini, diharapkan melakukan analisis terhadap kebutuhan informasi berdasarkan fungsi manajemen
  • Perumusan tersebut akan ditetapkan menjadi rencana kerja pengembangan
  • Hambatan
    • Otda, khususnya dalam aplikasi kebijakan Sistem Informasi di tingkat provinsi
    • Masih diperlukan catatan Rekam medik, sehingga kegiatan ini menjadi kerja dua kali (Sistem ini dianggap beban kerja tambahan)
    • Kurangnya dukungan kabupaten dalam pengembangan SIK Puskesmas
  • Kendala
    • Belum dialokasi dana yang cukup untuk pengembangan SIK puskesmas di kabupaten
    • Sumber daya yang terbatas di puskesmas.
    • Penggunaan SIK ini berakibat pada meningkatnya biaya operasional di tingkat puskesmas

PENDAHULUAN

Latar belakang

Perawat adalah sebagai salah satu unsur sumber daya kesehatan ikut memiliki peranan penting, kesiapan para perawat di Puskesmas hendaknya ditunjang oleh sikap, pengetahuan dan keterampilan yang memadai serta informasi yang cukup adalah menunjang tercapainya tujuan program kesehatan sehingga dipandang perlu memberikan masukan awal kepada para perawat yang akan ditugaskan di Puskesmas melalui pelatihan pra tugas perawat di Puskesmas, agar mereka dapat bekerja secara optimal.

Filosofi Pelatihan

Program pelatihan yang dirancang untuk pra tugas perawat diarahkan untuk :

Meningkatkan kualitas dari pelaksanaan upaya peningkatan kesehatan masyarakat, Pengembangan karier paserta sebagai aparatur, Mengembangkan dan meningkatkan organisasi dalam melaksanakan peningkatan kesehatan masyarakat., Mengembangkan seluruh aspek yang mempengaruhi kompetensi peserta meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap, Kemampuan yang diperoleh setelah mengikuti pelatihan dapat dimanfaatkan pada sistem pembinaan karier pegawai.

TUJUAN PELATIHAN

Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti pelatihan peserta diharapkan memiliki pengetahuan yang memadai untuk melaksanakan program-program kesehatan di Puskesmas.

Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti pelatihan diharapkan peserta:

Memahami kebijakan pelayanan keperawatan, Memahami kode etik keperawatan, Memahami konsep keperawatan, Mampu menerapkan program P2MPL, Memahami konsep asuhan keperawatan keluarga, Mampu menerapkan konsep asuhan keperawatan keluarga dan gizi, Memahami dan mampu melaksanakan: promosi kesehatan (Konsep             Desa Siaga dan Advokasi pelayanan keperawatan), Mampu melaksanakan konseling pada kleinnya, Mampu melaksanakan jaminan mutu pelayanan kesehatan, Memahami manajemen program Puskesmas (home care), Memahami tentang jabatan fungsional perawat.

PELAKSANAAN KEGIATAN

PESERTA

Perawat yang bertugas di Puskesmas di seluruh Provinsi Bali dengan jumlah sebanyak 30 orang dengan rincian sebagai berikut: Buleleng 5 orang, Tabanan 5 orang, Badung 9 orang, Bangli 7 orang, Klungkung 2 orang dan  Karangasem 2 orang.

FASILITATOR

Sebagai pelatih dan nara sumber pada pelatihan Pra Tugas Perawat adalah: Widyaiswara UPT-BPKKTK Denpasar, Pejabat Struktural Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Dosen POLTEKES Jurusan Keperawatan Denpasar

METODE PELATIHAN

Ceramah tanya jawab, Diskusi, Penugasan, Simulasi, Praktek Kerja Lapangan

MATERI PELATIHAN

Materi Dasar (MD) : Kebijakan  pelayanan keperawatan,  (2 JPL), Kode Etik keperawatan, (2 JPL)

Materi Inti (MI) : Konsep dan Manajemen Program Puskesmas (2 JPL), Jaminan mutu pelayanan kesehatan, (3JPL), Home Care, (2 JPL), Program P2MPL, (2JPL), Konsep asuhan keperawatan keluarga, (2 JPL), Program Kesehatan Keluarga, (2 JPL)  , Program Gizi, (2 JPL), Promosi Kesehatan (Konsep Desi, Advokasi Yan Kep. (2 JPL), Konseling, (2 JPL), Pengelolaan Obat (2 JPL)

Materi Penunjang (MP) : BLC, (2 JPL), RTL, (2 JPL), Jafung perawat dan Pola Diklat  (2 JPL)

Lain-lain : Pre dan Post Test, (2 JPL), PKL dan seminar, (7 JPL)

TEMPAT DAN WAKTU

Pelatihan dilaksanakan selama 5 (lima) hari, 40 JPL @ 45 menit mulai dari tanggal 8 sampai dengan 12 Juni 2009, tempat pelatihan di UPT-BPKKTK Dinas Kesehatan Provinsi Bali, jalan gemitir no. 135 Kesiman Kertalangu Denpasar Timur.

PEMBIAYAAN

Sumber biaya pelatihan pra tugas perawat Puskesmas berasal dari DPA UPT BPKKTK, Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2009

EVALUASI PROSES PEMBELAJARAN

TERHADAP PESERTA PELATIHAN

Untuk mengetahui tingkat penguasaan materi pelatihan, maka peserta pelatihan dievaluasi dengan menggunakan Pre dan Post test dengan soal pilihan ganda sebanyak 40 soal dengan hasil :

Pre tes

Nilai tertinggi            : 75, Nilai terendah : 47,5, Rerata Kelas : 61,8

Post test

Nilai tertinggi            : 87,5, Nilai terendah : 67,5, Rerata kelas : 78,3

TERHADAP PENYELENGGARA

Akomodasi dan konsumsi

Secara umum peserta menyatakan bahwa penyediaan akumodasi dan komsumsi sudah sangat bagus, hanya sebagian kecil saja menyatakan bahwa konsumsi kurang kebalian dan sayur sering kekurangan.

Sarana belajar dan pelayanan panitia

Sarana belajar dan pelayanan penitia sudah cukup bagus, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik,  ada hal yang perlu diperhatikan yaitu, waktu pembuatan laporan hasil PKL sangat pendek dan terkesan terburu-buru,

Uang saku dan transportasi

Perlu adanya upaya untuk pengadaan uang saku dan transportasi sesuai dengan kebutuhan pasar sebagai salah satu motivasi dalam pelaksanaan pelatihan.

KESIMPULAN

Peserta pelatihan dinyatakan lulus semua dan memperoleh sertifikat dengan jumlah 40 JPL senilai 1 kredit

SARAN

Untuk pelatihan pratugas yang akan datang agar diusahakan uang saku dan transport bagi peserta pelatihan.

PELATIHAN PRATUGAS DOKTER

SE PROVINSI BALI TAHUN 2009

Pendahuluan

Visi pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini termasuk pula di Propinsi Bali adalah dimasa depan masyarakat dapat hidup dalam lingkungan sehat dan berperilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi – tingginya. Untuk mencapai hal tersebut diatas, petugas Puskesmas selaku petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara langsung kepada masyarakat mempunyai peran yang sangat penting sebagai fasilitator diwilayah kerjanya.

Dokter  yang bertugas di Puskesmas merupakan tenaga – tenaga fasilitator yang besar peranannya untuk mencapai cita – cita tersebut diatas. Disamping itu, mereka juga berperan penting dalam memberikan pelayanan kesehatan melalui pelaksanaan program – program pokok Puskesmas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diatas, pemerintah telah mengangkat tenaga dokter  sebagai Pegawai Tidak Tetap. Sebagian diangkat menjadi Pengawai Negeri Sipil.

Agar mereka dapat melaksanakan tugasnya secara optimal, dipandang perlu memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan yang terkait dengan pelaksanaan program pokok Puskesmas.

Tujuan Pelatihan

A. Tujuan Pembelajaran Umum :

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta memahami program Puskesmas yang seyogyanya diterapkan di Puskesmas tempat tugas masing masing.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus :

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta memahami tentang : Kebijakan Pembangunan Kesehatan Propinsi Bali, Pelaksanaan Pemerintahan Daerah berdasarkan UU no.32 tahun 2004., Etika Profesi Dokter, Program-program Puskesmas dan sistem Rujukannya., Program UKM dan UKP., Konsep Dokter Keluarga., Promosi Kesehatan., Program KIA dan Gizi., Program Pencegahan,Pengamatan dan Penanggulangan Penyakit , Program Kesehatan Lingkungan, Sistem Informasi Puskesmas., Jamkesmas., Pengelolaan Obat di Puskesmas.

PELAKSANAAN KEGIATAN

PESERTA

Peserta adalah Dokter Umum  yang ditetapkan sebagai Dokter Umum Calon Pegawai Negeri Sipil  (CPNS) pengangkatan tahun 2008 dan PTT pengangkatan tahun 2008 yang bertugas di Puskesmas seluruh Bali.

Jumlah peserta yeng direncanakan berjumlah 40 orang, dan yang datang berjumlah 40 orang.

FOTO

FASILITATOR

Fasilitator dalam pelatihan ini adalah : Pejabat struktural di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Widyaiswara pada unit UPT – BPKKTK, Organisasi profesi (IDI)

METODE PELATIHAN

Metode pelatihan  lebih diutamakan pada upaya yang dapat mendorong peran aktif peserta dengan memberi kesempatan pada peserta untuk dapat belajar sambil  berbuat, sehubungan dengan hal tersebut, metode pelatihan yang dipergunakan  adalah : Ceramah, .Tanya jawab, Diskusi,, Praktek kerja lapangan dilaksanakan di Puskesmas Klungkung I, Puskesmas Mengwi I dan Puskesmas II Denpasar Barat.

MATERI PELATIHAN

Materi pelatihan meliputi :

Materi Dasar
Kebijakan Pembangunan Kesehatan Propinsi Bali.
Pelaksanaan Pemerintahan Daerah berdasarkan UU no.32 tahun 2004
Etika Profesi Dokter
Materi Inti :
Program-program Puskesmas & Sistem Rujukan
Program UKM dan UKP
Konsep Dokter Keluarga
Promosi Kesehatan
Program KIA
Program Gizi
Program Penyehatan Lingkungan
Kebijakan Program P2PL
Program Pencegahan dan Pengamatan Penyakit
Program Penanggulangan Penyakit
Jamkesmas
SIMPUS
Pengelolaan obat
Materi Penunjang :
Pre-test dan Post test
Dinamika Kelompok (BLC)
Persiapan PKL dan PKL
Seminar Hasil PKL

TEMPAT DAN WAKTU

Waktu Pelatihan

Pelatihan dilaksanakan selama 5  ( lima )  hari   ( 40 jpl @ 45 menit ) pada tanggal : 4 s/d  8  Mei  2009

Tempat Pelatihan

Pelatihan dilaksanakan  di UPT – BPKKTK Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Jalan Gemitir No. 135, Biaung, Kesiman Kertalangu, Denpasar Timur.

PEMBIAYAAN

Pelatihan Pra Tugas Dokter  ini adalah DPA SKPD UPT-BPKKTK Diskes Provinsi Bali tahun 2009.

EVALUASI PROSES BELAJAR MENGAJAR

EVALUASI  TERHADAP TESERTA

Evaluasi dilaksanakan terhadap   peserta  dengan menggunakan : Pre test dan pos test, hasilnya sebagai berikut :

Pre Test  :

Tertinggi                      :  82,5

Terendah                     :  50

Rata-rata                     :  65

Post Test :

Tertinggi                      :  90

Terendah                     :  70

Rata-rata                     :  81

EVALUASI   PENYELENGGARAAN

Penilaian peserta terhadap penyelenggaraan pelatihan, meliputi :

Pelayanan Panitia :

Pelayanan umum terhadap peserta : yang menyatakan amat baik, 10 %, yang menyatakan baik, 75 %, yang menyatakan cukup. 15 %, sedangkan yang menyatakan kurang adalah, 0 %.

Peserta mohon diberikan uang saku dan transport, karena mereka datang ketempat pelatihan memerlukan transport, dan meninggalkan keluarga untuk mengikuti pelatihan.

Fasilitas Belajar :

Penyediaan alat bantu belajar : Yang menyatakan amat baik, 5 %, yang menyatakan baik, 35 %, yang menyatakan cukup 37,5 %, sedangkan yang menyatakan kurang, 10 %. Kenyamanan ruang belajar : yang menyatakan amat baik, 10 %, yang menyatakan baik, 50 %, yang menyatakan cukup, 35 %, sedangkan yang menyatakan kurang adalah 5 %.

Konsumsi :

Siklus Menu, Yang menyatakan amat baik, 7,5 %, yang menyatakan baik, 45 %, yang menyatakan cukup, 45 % sedangkan yang menyatakan kurang, 2,5 %.

Akomodasi :

Kebersihan kamar tidur dan tempat tidur : yang menyatakan amat baik, 2,5 %, yang menyatakan baik, 45 %, yang menyatakan cukup, 37,5 % sedangkan yang menyatakan kurang, 5 %.

Kebersihan Asrama di luar kamar tidur : yang menyatakan amat baik, 0 %, yang menyatakan baik, 27,5 %, yang menyatakan cukup, 45 %, sedangkan yang menyatakan kurang, 5 %.

EVALUASI TERHADAP FASILITATOR

Hasil penilaian yang dilakukan oleh peserta terhadap fasilitator, selama pelatihan sebagai berikut :

50 % peserta menyatakan bahwa metode pembelajaran dengan metode ceramah, tidak efektif lagi, sebaiknya fasilitator lebih banyak menggunakan metode diskusi kelompok dengan pembahasan kasus-kasus terkini, sehingga peserta bisa jauh lebih aktif dan tidak membosankan.

10 % Fasilitator sudah cukup bagus dan perlu ditingkatkan.

KESIMPULAN

Kegiatan Pelatihan Pratugas Dokter Se-Provinsi Bali sudah dapat berjalan  sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

Peserta dinyatakan lulus semua dan memperoleh sertifikat pelatihan dengan jumlah jam 40 jpl senilai 1 kredit.

SARAN

Perlu dipenuhi permintaan peserta, yakni adanya uang saku dan transport selama mengikuti pelatihan, karena mereka sudah meninggalkan keluarga dan untuk datang ke tempat pelatihan memerlukan transport.

flu h1ni

Tanggal 26 Juni 2009 di Hotel Santhi Denpasar, Dinas Kesehatan Provinsi Bali menyelenggarakan rapat koordinasi yang dihadiri oleh : Dinas Pariwisata, Dinas Peternakan, BTB , Kantor Kesehatah Pelabuhan (KKP), RS Sanglah, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota se-Bali, Lab FK UNUD, dan DSO se Provinsi Bali.

Definisi kasus swine influenza (H1N1)/ flu meksiko :

1.   Suspek

    Seseorang dengan gejala infeksi pernapasan akut (demam > 380C) mulai dari yang ringan (influenza like Illnes) sampai  dengan Pnemonia, ditambah salah satu keadaan di bawah ini :

    • Dalam 7 hari sebelum sakit, pernah kontak dengan kasus konfirmasi swine influenza (H1N1) Flu Meksiko
    • Dalam 7 hari sebelum sakit  pernah bekunjung ke area yang terdapat satu atau lebih kasus konfirmasi Swine Influenza (H1N1)/Flu Meksiko.

    2.   Probabel

    Seseorang dengan gejala di atas disertai dengan hasil pemeriksaan laboratorium positif terhadap influenza A tetapi tidak dapat diketahui subtypenya dengan mennggunakan reagen influenza musiman

    atau

    Seseorang  yang meninggal karena penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang tidak diketahui penyebabnya dan berhubungan secara epidemiologi (kontak dalam 7 hari sebelum onset) dengan kasus probable atau konfirmasi.

    3.    Konfirmasi

    Seseorang dengan gejala di atas sudah dikonfirmasi laboratorium swine influenza (H1N1)/flu meksiko dengan pemeriksaan satu atau lebih test  di bawah ini :

    • Real time RT PCR
    • Kulture virus
    • Peningkatan 4 kali antibody  spesifik swine influenza (H1N1)/Flu Meksiko dengan netralisasi tes

    Hasil Pertemuan :

    Pemaparan Kesiagaan Pandemi Influenza oleh Dr. Andi Muhadir, MPH, Direktur SEPIM-KESMA Depkes RI , Dinas Kesehatan Provinsi Bali  selaku penyelenggara pertemuan rapat koordinasi ini.

    Kesiapsiagaan Pandemi Influenza :

    Periodinasasi Pandemi Influenza

    1.  Periode Interpandemi

      Fase 1 (hanya pada binatang, risiko penularan ke manusia  kecil/rendah)

      Fase 2 (hanya pada binatang, risiko penularan ke manusia besar/tinggi)

      2.   Periode Waspada Pandemi

      Fase 3 (sudah ada kasus  pada manusia, tetapi tidak ada penularan antar manusia).

      Fase 4 (bukti terbatas penularan antar manusia, namun dalam kelompok kecil, virus masih belum adaptasi di

      manusia).

      Fase 5 (penularan antar manusia dalam kelompok yang lebih besar)

      3.   Periode Pandemi

      Fase 6 (fase pandemic, transmisi di populasi umum à penularan antar manusia sudah efektif)

      4.  Periode Post Pandemi

      Kembali ke fase interpandemi.

      Situasi di Indonesia

      1. Jumlah suspek : 41 orang
      2. Jumlah diamati : 86 orang
      3. Jumlah positip : 2 orang (Bali & Jakarta)

      Upaya Indonesia

      1. Penguatan Kantor Kesehatan Pelabuhan

        • Pemberlakuan Health Alert Card
        • Penerapan ratio practice
        • Kesiapan petugas dalam memantau penumpang yang dating
        • Pemasangan thermal scanner
        • Penyiapan alat pelindung diri (APD)
        • Penyiapan klinik di kantor kesehatan pelabuhan dengan obat dan perlengkapannya.
        • Penyiapan sarana rujukan bila diperlukan.

        2.   Logistik terutama obat dan APD

        • Penyediaan obat tamiflu dalam jumlah yang cukup
        • Pendistribusian sampai di tingkat puskesmas

        3.   Penyiapan Rumah Sakit

        • Kesiapan 100 rumah sakit rujukan
        • Ketersediaan obat
        • Ketersediaan ruang isolasi
        • Petugas kesehatan yang terampil
        • Prosedur diagnosis dan terapi

        4.   Penguatan surveilans epidemiologi

        • Mengintensifkan surveilans Influenza  Like Ilnes (ILI) di 20 puskesmas sentinel.
        • Mengintensifkan surveilans SARI di 15 Rumah Sakit Sentinel
        • Menambah lokasi sentinel ILI di 25  puskesmas baru
        • Surveilans Pneumonia dan SARI di sarana kesehatan (Puskesmas & Rumah Sakit)
        • Intensifikasi surveilans di pelabuhan laut dan udara, terutama pelabuhan/bandara  internasional

        5.   Penguatan Laboratorium

        • Mengintensifkan laboratorium regional
        • Pemenuhan reagensia

        6.   Komunikasi Edukasi dan Informasi (KIE)

        • Pembuatan spanduk di tempat-tempat umum
        • Pembuatan stiker/pamphlet/brosur dan media komunikasi
        • Melakukan jumpa press dan press  release secara berkala
        • Memberikan penjelasan ke masyarakat melalui berbagai media massa cetak dan elektronik.

        6 Langkah kesiapansiagaan Depkes :

        1. Mengumpiulkan data & kajian ilmiah tentang penyakit ini dari berbagai sumber.
        2. Berkoordinasi dengan WHO untuk memantau perkembangan
        3. Membuat surat edaran kewaspadaan dini
        4. Melakukan rapat koordinasi dengan para Kepala Kantor KKP di seluruh Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan
        5. Berkoordinasi dengan badan Litbangkes untuk kemungkinan pemeriksaan specimen
        6. Berkoordinasi dengan Departemen Luar Negeri untuk merumuskan langkah-langkah tindakan penanggulangan.

        Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) Provinsi :

        1. Memberikan/meneruskan informasi-informasi kepada Dinas kesehatan Kabupaten/Kota.
        2. Menghimbau Dinas Kesehatan  Kabupaten/Kota untuk melaksanakan peningkatan surveilans Influenza Like Illnes dan Pnemonia DI Puskesmas dan Rumah Sakit serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
        3. Menghimbau Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk mencermati adanya klaster ILI, pneumonia dan kematian akibat Pnemonia yang tidak jelas penyebabnya.
        4. Berkoordinasi dengan kantor Kesehatan Pelabuhan setempat dalam mengantisipasi masuknya swine flu (Flu Meksiko) ke Indonesia
        5. Mulai mempersiapkan Posko KLB jika diperlukan sesuai dengan perkembangan penyebaran penyakit.
        6. Segera melaporkan kepada Posko KLB Ditjen PP & PL jika ditemukan kasus sesuai definisi kasus di atas.

        Sistem Kewaspadaan Dini Kantor Kesehatan Pelabuhan baik Udara maupun Laut :

        1. Segera mengaktifkan Thermal Scanner atau alat pendekatan suhu lainnya
        2. Segera mengaktifkan petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan dalam rangka pemantauan kepada setiap penumpang yang dating dari luar negeri.
        3. Segera membagikan Health Alert Card  (HAC) untuk memaqntau penumpang terutama yang dating dari daerah terjangkit.
        4. Menyiapkan daftar nama penumpang terutama yang berasal atau pernah berkunjung ke Negara/area terjangkit dalam 7 hari terakhir  untuk kepentingan penyelidikan epidemiologi/pelacakan kasus dan pemantauan.

        Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) Kabupaten/Kota :

        1. Mewaspadai masuknya virus ke Indonesia  dengan meningkatkan kesiapsiagaan di pintu-pintu masuk Negara terutama pendatang dari Negara-negara yang sedang terjangkit.
        2. Mewaspadai semua kasus dengan gejala ILI & menelusuri riwayat kontak dengan binatang  (babi) atau orang yang baru dating dari Negara yang sedang terjangkit.
        3. Meningkatkan kegiatan surveilans terhadap ILI dan pneumonia serta melaporkan kasus kecurigaan  kea rah flu babi kepada posko KLB Dirjen PP & PL
        4. Memantau perkembangan kasus secara terus menerus melalui sarana yang memungkinkan.
        5. Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sector serta menyebarluaskan informasi.

        What have been done ??

        1. ADB Meeting –à perumusan peran, tupoksi Dinkes, RS & KKP
        2. Membangun koordinasi dengan lintas program & lintas sector  (Dispar, BTB, Disnak, etc).
        3. Menindaklanjuti SE kepada  kabupaten/kota à puskesmas/private klinik.
        4. Membantu pelaksanaan tugas KKP dengan menyiagakan 21 orang tenaga medis, non medis PSC à fungsi surveilans dalam melakukan pengamatan, pengumpulan lembar HAC, analisis HAC.
        5. Meneruskan informasi/analisis HAC kepada seluruh kabupaten/kota.
        6. Mengembangkan jejaring koordinasi FB untuk tatalaksana kasus dan pengelolaan sampel kasus.
        7. Pemantauan aktif untuk passenger tertentu
        8. Distribusi  oseltamivir ke kabupaten/kota.

        Dukungan anggaran ???

        Peran Sektor :

        1.  PEMDA

        • Dukungan Sumberdaya
        • Koordinasi antar unit teknis
        • Pemberdayaan masyarakat

        2.  Swasta & Masyarakat

        • Deteksi kasus
        • Kecepatan laporan
        • Edukasi masyarakat
        • Dukungan sumberdaya

        Hambatan :

        1. Koordinasi sebagai hal yang mudah untuk diucapkan tetapi sulit dilaksanakan.
        2. Analisis Health Alert  Card (HAC)
        3. Penetapan diagnosis dokter sebagai criteria suspek à konsekuensi rujukan kasus ke rumah sakit rujukan.
        4. Manajemen hasil pemeriksaan sampel di Litbangkes Depkes RI ??

        INFLUENZA  A BARU (H1N1)

        Influenza A Baru adalah penyakit yang disebabkan oleh virus H1N1, yang ditularkan melalui kontak langsung dari manusia ke manusia lewat batuk, bersin atau benda-benda yang pernah bersentuhan dengan penderita. Sampai saat ini telah terjadi dua (2) kasus influenza A Baru (H1N1) di Bali: satu (1) dinyatakan suspek dan satu (1) dinyatakan positif. Kedua penderita tersebut adalah Warga Negara Asing (WNA) yang berangkat dari Australia ke Bali.

        Langkah – Langkah yang diambil oleh Dinas Kesehatan Provinsi Bali adalah :

        1. Meningkatkan kewaspadaan di seluruh jajaran kesehatan terhadap penyakit influenza A Baru (H1N1).
        2. Menghimbau Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota agar meneruskan informasi terhadap penyakit influenza A Baru (H1N1) kepada rumah sakit dan puskesmas di wilayah kerja masing-masing.
        3. Menghimbau rumah sakit dan puskesmas untuk melaksanakan peningkatan surveilans Influenza Like Illnes dan Pneumonia serta mencermati adanya klaster surveilans Influenza Like Illnes dan Pneumonia dan kematian akibat Pneumonia yang tidak jelas penyebabnya.
        4. Mempersiapkan posko KLB di wilayah kerja masing-masing sesuai dengan perkembangan penyebaran penyakit jika diperlukan.
        5. Segera melaporkan kepada Dinas Kesehatan provinsi Bali c.q Bidang PP&PL jika ditemukan kasus influenza A Baru (H1N1).
        6. Melakukan koordinasi dengan Dinas Peternakan di Kabupaten/Kota dalam melaksanakan desinfeksi kandang babi.
        7. Meningkatkan aktifitas kesehatan di RSUP Sanglah sebagai pusat rujukan untuk penanganan penyakit influenza A baru (H1N1).
        8. Meningkatkan aktifitas fasilitas kesehatan di KKP Klas I Denpasar antara lain:
        • Mengaktifkan Thermal Scanner atau alat pendeteksi suhu lainnya dan body cleaning.
        • Mengaktifkan petugas kantor kesehatan pelabuhan dalam rangka pemantuan kepada setiap penumpang yang datang dari luar negeri.
        • Membagikan Health Alert Card (HAC) untuk memantau penumpang terutama yang datang dari daerah /area terjangkit.
        • Menyimpan daftar nama penumpang terutama yang berasal atau pernah berkunjung ke negara/area terjangkit dalam 7 hari terakhir untuk kepentingan penyelidikan epidemiologi/pelacakan kasus dan pemantauan.

        Himbauan Kepada Masyarakat

        Untuk mencegah penularan penyakit influeza A Baru (H1N1) masyarakat diharapkan:

        1. Senantiasa mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun dan mengeringkan dengan tisue atau lap bersih.
        2. Melaksanakan etika batuk dan bersin yang benar.
        3. Apabila sakit dengan gejala influenza supaya memakai masker dan tidak berdekatan dengan anggota keluarga yang lain dan segera menghubungi petugas kesehatan.
        4. Menghindari bepergian bila sakit.

        flu-babi

        Tanggal 28 April 2009, kami Dinas Kesehatan Provinsi Bali melaksanakan rapat koordinasi untuk mengantisipasi pengendalian  penyakit Flu Babi serta termasuk penyakit menular lainnya seperti HFMD (Hand, Foot, and Mouth Disease) dan Flu Burung.

         Peserta  Pertemuan :

        Peserta yang hadir berasal dari lintas sektor dan lintas program yakni : Dinas Pariwisata, Dinas Peternakan, Balai Besar Veteriner, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), RS Sanglah, RSUD Sanjiwani Gianyar, BRSU Tabanan, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota se-Bali, Lab FK UNUD, UPTD BLK Provinsi Bali dan diliput juga oleh media massa.

        Hasil Pertemuan :

        • Dalam mengantisipasi kejadian penyakit-penyakit tersebut pihak KKP telah menyiagakan / memasang alat pendeteksi suhu tubuh (Thermal Scanner) di unit kedatangan internasional. Selain itu, penumpang dengan kondisi demam tinggi yang terdeteksi oleh thermal scanner akan melewati proses body cleaning.
        • RS Sanglah, BRSU Tabanan dan RSUD Sanjiwani Gianyar menyatakan kesiapsiagaannya dalam menerima rujukan kasus-kasus yang menjadi PHEIC (Public Health Emerging International Concern) dengan mempersiapkan ruang isolasi khusus dan fasilitas yang sesuai.
        • Jejaring surveilans epidemiologi Flu Burung yang telah dibangun dan melibatkan institusi laboratorium agar terus melaksanakan tugas dan fungsi serta mengembangkan ruang lingkup termasuk dalam penanganan Flu Babi.
        • Dinas kesehatan kabupaten/kota supaya  meningkatkan kewaspadaan dini terhadap kejadian penyakit-penyakit tersebut sesuai dengan protap yang telah ada dan secara kontinyu melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait.

        Semua unit pelayanan kesehatan agar melaksanakan surveilans ILI (Influenza Like Illness) seperti demam, batuk, pilek, lesu, sakit tenggorokan, nafas cepat dan sesak nafas. Bila menemukan kasus yang dicurigai agar ditatalaksana sesuai dengan prosedur dan menyiapkan berbagai logistik yang diperlukan.